Senin, 05 Oktober 2009

Bencana itu...

Sore itu sungguh sangat mengejutkan, bukan saja bagi saudara kita yang berada di tanah minang tetapi juga bagi bangsa Indonesia. Gempa dasyat yang meluluh lantakan tanah tempat Siti Nurbaya itu sungguh membuat hati terasa miris. Ya Tuhan....melihat keadaan kota Padang yang porak poranda itu mengingatkanku kembali akan musibah-musibah yang terjadi di tanah air belakangan ini. Masih segar dalam ingatan tentang gempa yang melanda di daerah Jawa Barat belum lama ini, kini gempa kembali mengguncang tanah air kita.
Melihat kondisi yang memprihatinkan itu, membuat aku merasa sedih sekaligus juga takut. Seandainya aku yang mengalami seperti mereka....hiiii...tentu saja aku segera menepis jauh-jauh pikiran buruk itu. Tetapi yang pasti dan yang selalu muncul dalam benakku adalah mengingat tentang kematian.
Ya...ternyata kematian itu sangat dekat dan selalu mengintai kita setiap saat. Bencana itu...seperti mengingatkan kepada kita akan satu hal, sudahkah kita siap untuk menghadapinya? Kita dapat melihat betapa mereka yang mengalami bencana itu ada yang tengah belajar, menghadiri resepsi pernikahan, belanja di Mall dan lain sebagainya. Dan ini membuatku semakin memacu untuk selalu dekat denganNya.
Setiap kali aku mengikuti perkembangan berita tentang bencana yang menimpa negeri ranah minang itu, aku hanya mampu berucap dan berdoa.
Ya Tuhan... jika waktuku tiba wafatkanlah aku dalam keadaan yang baik dan khusnul khotimah, dan berikanlah kesabaran dan ketabahan untuk saudara-saudara kami di sana. Sehingga mereka ikhlas dalam menerima setiap ketentuanMu.....

Jumat, 02 Oktober 2009

selamat pagi sayang.....


Hari masih gelap dan udara terasa dingin menyentuh kulit. Sungguh sangat nyaman dan hangat berada dalam selimut yang tebal apalagi bila musim dingin seperti ini. Rasanya ingin meneruskan tidur hingga pagi menjelang. Tetapi bunyi alarm yang berdering di atas kepalaku membuat telingaku terasa mau pecah. Ku buka mata dengan paksa agar dapat melihat dengan jelas. Pukul 02.30 dini hari...itu pertanda aktivitasku segera di mulai.

Ya...meskipun rasa kantuk masih menyergapku dan aku masih ingin meneruskan mimpi yang tertunda, tapi apa daya harus kulawan dengan sekuat tenaga. Kulirik suami yang tengah tenggelam dalam mimpinya.

"Pa...aku shalat dulu yah," kataku perlahan dan pelan untuk meminta izinnya. "Hmm..ya," sahutnya seperti biasa dan tak sedikitpun bergeming dari posisi tidurnya. Aku segera bangkit untuk mengambil air wudlu, tak kuhiraukan udara yang terasa sangat dingin menyentuh kulitku. Kubasuh wajah dengan air dan kurasakan kesejukannya.

Disepertiga akhir malam ini aku ingin tenggelam dalam munajat cinta bersama-Nya. Memanjatkan segala doa dan harapan untuk orang-orang tersayang. Memohon ampunan-Nya serta rasa syukur akan nikmat yang tiada terhingga. Meski doa yang dipanjatkan selalu sama dalam setiap tahajjud tapi rasanya aku tak pernah bosan untuk memintanya, agar tetap istiqomah dalam setiap kesabaran dan ketaatan.

Hingga waktu subuh tiba, rutinitas yang sama setiap pagi seusai membangunkan seisi rumah untuk melaksanakan shalat subuh. Dan tugas seorang ibu untuk melaksanakan kewajibannya menyiapkan makanan untuk sarapan dan sederet pekerjaan rumah lainnya.

Ya meskipun sedikit kerepotan karena semuanya dikerjaan sendiri tanpa bantuan pembantu, tetapi aku bersyukur karena suami mau membantuku. Dan kesibukan kecil itu akan semakin terlihat apabila ketiga anakku telah bangun. Dapat dipastikan akan ada keributan-keributan kecil yang mewarnai pagi. Terkadang kenakalan-kenalan mereka sering membuatku merasa gemas dan geregetan, hingga membuatku menjadi seperti monster yang menakutkan mereka.
Meskipun tak pernah kuinginkan.

Selamat pagi sayang....lihatlah matahari mulai beranjak dari tempatnya sembunyi untuk melakukan tugasnya, sapaku kepada mereka untuk segera melakukan aktifitas seperti biasanya.