Tak sedikit orang yang dapat memetik pelajaran yang paling berharga dalam kehidupannya. Entah itu yang didapat dari pengalaman orang lain ataupun dari dirinya sendiri. Aku yakin tentu setiap orang memiliki pengalaman yang berbeda-beda dalam kehidupannya. Apakah itu pengalaman yang menyenangkan atau pengalaman yang pahit dan getir. Disadari atau pun tidak, itulah yang akan mempengaruhi kehidupannya kelak.
Belajar dari sebuah pengalaman, aku hanya ingin mengajak setiap orang agar lebih arif dan bijak dalam menyikapi hidup ini, untuk memaknai hidup yang sebenarnya.....
Dan bicara tentang sebuah pengalaman pula, ada satu kenangan masa lalu yang selalu membuatku haru bila mengingatnya. Pengalaman masa kecil saat masih tinggal bersama kakek dan nenek, begitu sederhana dan bersahaja. Bercermin dari kehidupan merekalah yang membuatku terkesan akan sikap ketabahan dan tawakalnya dalam menjalani sebuah kehidupan.
Kakek dalam ingatanku adalah sosok yang penyabar dan penyanyang. Selama hidup aku tak pernah sekalipun melihatnya marah apalagi memukul. Berbeda dengan nenek yang terkesan galak dan cerewet. Meski begitu beliau adalah seorang yang sangat tabah.
Kakekku juga seorang yang taat beribadah, aku sering melihatnya bangun di sepertiga malam terakhir untuk bermunajat hingga menjelang subuh. Beliau juga tak pernah ketinggalan shalat dhuha bila matahari telah naik. Nenek menjelaskan padaku bahwa shalat dhuha itu baik untuk membuka pintu rezeki. Diam-diam aku suka mengikuti apa yang dilakukan kakek.
Kesederhanaan dalam hidup membuatku tumbuh menjadi anak yang nrimo dan tidak neko-neko. Karena aku mengerti betul seperti apa keadaan ekonomi kakek, meski aku masih duduk di sekolah dasar.
Masih kuingat ketika sepulang sekolah nenek mengatakan bahwa hari itu belum memasak sama sekali karena belum ada satupun yang datang untuk mencetak foto, usaha yang dilakukan kakek untuk menghidupi keluarganya. Aku bilang pada nenek tak apa-apa meski sebenarnya perutku terus berbunyi karena dari pagi belum sarapan sama sekali dan tidak jajan di sekolah. Diam-diam aku berdoa dalam hati agar Allah memberikan kami rizki supaya nenek dapat memasak hari itu. Dan betapa senangnya aku saat ada orang yang datang ke rumah kami untuk mencetak foto. Saat itu juga aku disuruh untuk membeli beras dan lauk-pauknya. Meskipun di perjalanan aku sempat jatuh dan pingsan karena tanganku terkena stang sepeda yang kubawa.
Aku sangat bersyukur, saat makan tiba kembali kupanjatkan doa, terima kasih ....ya Allah atas rizki yang kau berikan hari ini, sehingga kami tak perlu lagi menahan lapar. Orang mengira kakek berkecukupan tetapi, itulah hebatnya nenek yang tak pernah berkeluh kesah kepada siapa pun tentang keadaan yang sebenarnya. Dan kami telah terbiasa dengan kondisi seperti itu.
Bila mendekati ujian semester aku juga sering cemas karena bayaran sekolah yang menunggak, biasanya pihak sekolah selalu memberi peringatan untuk melunasinya. Sebab jika tidak, murid yang belum melunasinya tidak akan mendapat kartu ujian. Dan kakek selalu berkata, insya Allah dilunasi jika ada rezeki. Dan seperti biasanya aku pun membantu dengan doa.
Tetapi saat waktunya tiba kakek belum dapat juga melunasi karena uangnya telah terpakai untuk membeli kebutuhan sehari-hari, aku hanya bisa pasrah. Dalam kepasrahan itu aku hanya dapat berdoa, ya Allah...berikan jalan keluar hanya kepadaMu lah aku memohon dan hanya kepadaMu lah aku meminta pertolongan. Doa itu terus kupanjatkan sepanjang perjalanan ke sekolah.
Siangnya aku dan beberapa siswa yang belum lunas bayarannya dipanggil oleh kepala sekolah. Ternyata pihak sekolah memberikan dispensasi pada kami sehingga dapat mengikuti ulangan semester.
Segala puji hanya bagimu ya....Allah, kuucapkan syukur tiada henti. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Dan aku baru menyadarinya sekarang......
catatan: aku tak kuasa menahan rasa haru yang teramat sangat ketika menulis ini, air mataku menetes tiap kali mengingat kasih sayang mereka.
Belajar dari sebuah pengalaman, aku hanya ingin mengajak setiap orang agar lebih arif dan bijak dalam menyikapi hidup ini, untuk memaknai hidup yang sebenarnya.....
Dan bicara tentang sebuah pengalaman pula, ada satu kenangan masa lalu yang selalu membuatku haru bila mengingatnya. Pengalaman masa kecil saat masih tinggal bersama kakek dan nenek, begitu sederhana dan bersahaja. Bercermin dari kehidupan merekalah yang membuatku terkesan akan sikap ketabahan dan tawakalnya dalam menjalani sebuah kehidupan.
Kakek dalam ingatanku adalah sosok yang penyabar dan penyanyang. Selama hidup aku tak pernah sekalipun melihatnya marah apalagi memukul. Berbeda dengan nenek yang terkesan galak dan cerewet. Meski begitu beliau adalah seorang yang sangat tabah.
Kakekku juga seorang yang taat beribadah, aku sering melihatnya bangun di sepertiga malam terakhir untuk bermunajat hingga menjelang subuh. Beliau juga tak pernah ketinggalan shalat dhuha bila matahari telah naik. Nenek menjelaskan padaku bahwa shalat dhuha itu baik untuk membuka pintu rezeki. Diam-diam aku suka mengikuti apa yang dilakukan kakek.
Kesederhanaan dalam hidup membuatku tumbuh menjadi anak yang nrimo dan tidak neko-neko. Karena aku mengerti betul seperti apa keadaan ekonomi kakek, meski aku masih duduk di sekolah dasar.
Masih kuingat ketika sepulang sekolah nenek mengatakan bahwa hari itu belum memasak sama sekali karena belum ada satupun yang datang untuk mencetak foto, usaha yang dilakukan kakek untuk menghidupi keluarganya. Aku bilang pada nenek tak apa-apa meski sebenarnya perutku terus berbunyi karena dari pagi belum sarapan sama sekali dan tidak jajan di sekolah. Diam-diam aku berdoa dalam hati agar Allah memberikan kami rizki supaya nenek dapat memasak hari itu. Dan betapa senangnya aku saat ada orang yang datang ke rumah kami untuk mencetak foto. Saat itu juga aku disuruh untuk membeli beras dan lauk-pauknya. Meskipun di perjalanan aku sempat jatuh dan pingsan karena tanganku terkena stang sepeda yang kubawa.
Aku sangat bersyukur, saat makan tiba kembali kupanjatkan doa, terima kasih ....ya Allah atas rizki yang kau berikan hari ini, sehingga kami tak perlu lagi menahan lapar. Orang mengira kakek berkecukupan tetapi, itulah hebatnya nenek yang tak pernah berkeluh kesah kepada siapa pun tentang keadaan yang sebenarnya. Dan kami telah terbiasa dengan kondisi seperti itu.
Bila mendekati ujian semester aku juga sering cemas karena bayaran sekolah yang menunggak, biasanya pihak sekolah selalu memberi peringatan untuk melunasinya. Sebab jika tidak, murid yang belum melunasinya tidak akan mendapat kartu ujian. Dan kakek selalu berkata, insya Allah dilunasi jika ada rezeki. Dan seperti biasanya aku pun membantu dengan doa.
Tetapi saat waktunya tiba kakek belum dapat juga melunasi karena uangnya telah terpakai untuk membeli kebutuhan sehari-hari, aku hanya bisa pasrah. Dalam kepasrahan itu aku hanya dapat berdoa, ya Allah...berikan jalan keluar hanya kepadaMu lah aku memohon dan hanya kepadaMu lah aku meminta pertolongan. Doa itu terus kupanjatkan sepanjang perjalanan ke sekolah.
Siangnya aku dan beberapa siswa yang belum lunas bayarannya dipanggil oleh kepala sekolah. Ternyata pihak sekolah memberikan dispensasi pada kami sehingga dapat mengikuti ulangan semester.
Segala puji hanya bagimu ya....Allah, kuucapkan syukur tiada henti. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Dan aku baru menyadarinya sekarang......
catatan: aku tak kuasa menahan rasa haru yang teramat sangat ketika menulis ini, air mataku menetes tiap kali mengingat kasih sayang mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar