Senin, 25 Januari 2010

Maaf... Bisakah Anda Berhenti Merokok?


Bis yang kutumpangi kali ini memang terasa nyaman, ini kesan pertama ketika masuk didalamnya. AC nya tidak terlalu dingin dan juga tidak tercium bau pewangi.

Baguslah.....kataku dalam hati, paling tidak untuk perjalanan selanjutnya aku akan merasa nyaman dan tanpa hambatan. Maklum saja aku termasuk orang yang hobi sekali mabuk kendaraan hehehe.

Apalagi jika mencium bau pewangi kendaraan AC atau mencium bau asap rokok, langsung saja perutku akan mual-mual dan mengeluarkan apa saja yang ada didalamnya.

Sebenarnya malu juga sih tiap naik angkutan mabuk kendaraan. Tapi gimana lagi karena ini hobi yang susah sekali dihilangkan. Malah menjadi seperti sugesti, karena belum apa-apa saja sudah pusing duluan. Meski aku sering bepergian tetapi penyakit yang satu ini sulit sekali hilang.

Dan kali ini aku sengaja memilih bis ber AC untuk menghindari orang yang suka merokok di sembarang tempat. Karena jika menumpang bis ekonomi tentu akan sulit menghindari kepulan asap rokok. Dan akibatnya aku bisa muntah-muntah sepanjang perjalanan hiiy...bakalan tersiksa. Dalam memilih bis AC pun aku pilih yang tidak ada pewanginya, sebab ini juga pemicu mabuk dikendaraan.

Perjalanan kali inipun sungguh sangat nyaman, aku bisa tidur didalam bis dan bisa ngemil dengan bebasnya. Tanpa terusik oleh mabuk kendaraan atau tutup hidung karena kepulan asap rokok. Namun....ditengah-tengah perjalanan aku mulai mencium sesuatu, hidungku memang peka sekali oleh bau asap rokok. Kuedarkan pandangan, ternyata benar laki-laki yang duduk dua bangku didepanku itu tengah asyik merokok.

Huh! aku mulai tak nyaman dan merasa terganggu dengan aktifitasnya itu. Orang itu apa nggak mikir sih kalau perbuatannya itu merugikan orang lain, terutama orang-orang yang berada disekitarnya, pikirku merasa kesal. Apa dia tidak mengerti atau pura-pura tak mengerti bahayanya merokok di dalam ruang ber AC. Lagi pula kan ada tempat khusus merokok dibagian belakang.

Ingin sekali kujitak kepala orang itu. Ini tak dapat dibiarkan begitu saja. Tampaknya orang-orang disebelah dan dibelakangnya tidak terpengaruh oleh aktifitas laki-laki itu.

"Maaf Pak, tolong bisa berhenti merokok sebentar, saya tidak tahan oleh bau asap rokok itu," tegurku pada laki-laki itu. Laki-laki separuh baya itu hanya mengangguk dan segera menghentikan kegiatannya. Fiuh! aku bernafas lega.

Jika kubandingkan dengan sikap orang asing yang pernah kutemui ketika masih tinggal di Bali dulu sungguh sangat jauh berbeda. Orang asing akan pergi menjauh dari keramaian dan mencari tempat yang sepi jika hendak merokok. Aku sangat salut pada sikap mereka, karena bagaimana pun asap yang ditimbulkan akan sangat mengganggu lingkungan sekitar. Dan yang akan menjadi korban adalah mereka yang sama sekali tidak merokok tetapi mempunyai peluang besar untuk terjangkit penyakit yang ditimbulkan olehnya.

Sementara orang kita, mereka sama sekali tidak peduli dengan keadaan di sekitarnya yang merasa terganggu asap rokok. Pemandangan seperti ini sering kita temui dimana-mana. Seandainya mereka sadar betapa banyaknya kerugian yang diakibatkan olehnya, bukan saja untuk dirinya sendiri tetapi juga orang lain yang berada disekitarnya.

Jumat, 08 Januari 2010

Tentang Waktu

Ketika melihat jam di dinding waktu telah menunjukan pukul 22.45 menit waktu indonesia barat. Hwuaa.....tiba-tiba mataku membulat lebar..... tepatnya sih agak melotot hehe. Sudah larut malam rupanya, pantas saja kedua mataku terasa agak berat dan meredup meskipun tinggal lima waat.

Huff! kugerak-gerakkan badan dan tangan menyerupai cacing kepanasan sambil menguap sesekali. Ternyata waktu berjalan sangat cepat. Rasanya baru setengah jam yang lalu aku duduk di depan komputer dan berubah menjadi autis. Tapi ternyata......telah kuhabiskan waktu selama lima jam tanpa terasa.

Sejak internet masuk rumah, jam tidurku mulai berubah. Aku yang telah terbiasa mengembara ke negeri mimpi jam setengah sembilan kini malah asyik berpetualang ke negeri maya. Akibatnya aku sulit sekali bangun tengah malam, meski alarm berteriak-teriak membangunkanku. Aku terjaga hanya untuk mematikan alarm saja dan melanjutkan lagi acara tidur, walau keesokan harinya ada perasaan menyesal karena telah melewatkan malam tanpa tahajjud.

Prof. Dr. Yusuf Al Qardhawi pernah menulis dalam suatu tulisannya tentang dampak internet terhadap keluarga muslimah. Mungkin inilah yang tengah terjadi padaku, karena satu persatu aku mulai meninggalkan amalan rutin selepas shalat maghrib karena internet. Sebenarnya ada perasaan menyesal karena telah menyia-nyiakan waktu.

Waktu cepat sekali ia bergulir dalam kehidupan ini. Terkadang tanpa kita sadari telah melewatkannya begitu saja. Semenit, sehari bahkan satu tahun tanpa terasa telah berlalu begitu cepat. Dan ketika menyadarinya kita telah jauh meninggalkannya.

Namun entah kenapa, kadangkala waktu juga terasa sangat lambat berputar. Tatkala kita tengah menunggu sesuatu, jarum jam terasa lama berputar bahkan satu menitpun terasa satu tahun lamanya.

Waktu memang terasa seperti air yang mengalir, ia tak dapat diputar dan di ulang kembali. Karena waktu adalah sebatas apa yang kita jalani hari ini, seperti apa yang pernah di katakan oleh khalifah Umar bin khatab. Bahkan Allah pun bersumpah demi waktu itu sendiri, bahwa manusia dalam kerugian yang besar jika tidak dapat memanfaatkan waktunya sebaik mungkin.

Untuk seorang pengusaha waktu adalah uang. Dan untuk kaum mukmin waktu adalah amal ibadah. Lalu bagaimana waktu menurut kita?

Jika mentafakurinya betapa banyak waktu yang telah terlewatkan begitu saja selama ini. Padahal Rasul sendiri pernah memperingatkan bahwa jika hari ini sama dengan hari kemarin maka kita termasuk orang yang merugi.

Ya....Allah ampunilah hamba-Mu yang seringkali lalai dalam mengisi waktu ini.......